Pengertian, Ciri, dan Klasifikasi Archaebacteria
Dilihat: kaliNama “archaebacteria,” dengan awalannya yang berarti “kuno,” menunjukkan bahwa ini adalah kelompok yang sangat tua. Fakta bahwa sebagian besar Monera ini hidup di lingkungan yang sangat bermusuhan mirip dengan yang ditemukan pada saat bumi primitif menyebabkan banyak orang percaya bahwa archaebacteria mungkin bentuk awal kehidupan di planet ini. Namun, dengan kelompok filogenetik yang terpisah, Archeabacteria sebenarnya lebih muda daripada Eubacteria, tetapi berbagi satu nenek moyang terakhir yang lebih jauh dengan eukariota daripada Eubacteria. Dalam materi kali ini saya akan menjelaskan tentang Pengertian, Ciri, dan Klasifikasi Archaebacteria untuk lebih jelasnya silahkan baca disini.
Archaebacteria
Archaebacteria adalah organisme yang metabolisme energi khasnya membentuk gas metana (CH4) dengan cara mereduksi karbon dioksida (CO2). Archaebacteria bersifat anaerobik dan kemosintetik.
- Dinding selnya tidak mengandung peptidoglikan, namun membran plasmanya mengandung lipid.
- Termasuk organisme prokariotik, artinya tidak mempunyai membran inti.
- Bersifat anaerob sehingga mampu menghasilkan ATP.
- Berkembang biak dengan cara pembelahan biner, fragmentasi, pembentukan tunas, dan pembelahan ganda.
Archaebacteria diduga sebagai organisme paing tua yang hidup di bumi. Archaebacteria biasa hidup di lingkungan yang ekstrem, misalnya sumber air panas, kawah, telaga garam, telaga belerang, dan gambut. Berdasarkan metabolisme dan ekologinya, Archaebacteria dibedakan menjadi tiga kelompok yaitu sebagai berikut.
1. Metanogen
Bakteri yang termasuk dalam kelompok ini biasanya hidup di tempat-tempat yang kurang oksigen, di lumpur, di rawa, dan dapat tumbuh dengan baik pada suhu 98 derajat celcius dan mati pada suhu dibawah 84 derajat celcius. Ada juga yang bersimbiosis dengan rumen herbivora dan saluran pencernaan rayap yang berperan sebagai agen fermentasi selulosa, cotohnya Ruminococcus albus (menghidrolisis glukosa). Bakteri metanogen bersifat anaerobik dan kemosintetik.
Dalam memperoleh makananya, bakteri metanogen membusukkan bahan organik yang ada di lingkungannya, kemudian menghasilkan gas metana. Bakteri jenis ini memiliki cara khas dalam proses metabolisme energi yaitu membentuk gas metana dengan cara meredukasi karbon dioksida, contohnya Methanbacterium.
2. Halofilik (Halofil Ekstrem)
Bakteri yang termasuk dalam kelompok ini hidup pada lingkungan berkaddar garam tinggi, msalnyaa di laut mati dan di danau air asin. Dari jenis klorofil yang dimilikinnya, bakteri halofilik dapat melakukan fotosintesis untuk menghasilkan energi dengan cara respirasi aerobik. Bakteri ini disebut bakteriorodopsin yang memberikan warna ungu, contohnya Halobacterium, Halococcus, Halorubrum, dan Haloarcula.
3. Termoasidofilik (Termofil Ekstrem)
Bakteri jenis ini hidup di lingkungan ekstrem yang bersuhu tinggi (panas) dan bersifat asam. Kondisi optimal untuk pertumbuhan bakteri ini berkisar antara 60-80 derajat dengan pH 2-4. Bakteri ini dapat ditemukan di kawah vulkanik, lubang vulkanik, dan mata air yang mengandung sulfur, seperti yang terdapat di yellow stone, Amerika. Bakteri Termoasidofilik hidup dengan cara mengoksidasi sulfur sehingga sulfur merupakan bahan yang sangat penting sebagai sumber energinya, contohnya Sulfolobus dan Thermoplasma
Itulah tadi sedikit informasi yang bisa saya berikan tentang Pengertian, Ciri, dan Klasifikasi Archaebacteria semoga bermanfaat dan menambah wawasan anda.