Obat HIV AIDS dari Air Liur dan Racun Lebah
Dilihat: 267 kali
Obat HIV AIDS dari Air Liur dan Racun Lebah ini merupakan temuan dari hasil penelitian UNAIR (Universitas Air Langga). Pusat Studi Perlebahan Lembaga Penyakit Tropis UNAIR Surabaya sedang melakukan uji khlinis terhadap manfaat propolis lebah bagi kesembuhan pasien HIV/AIDS.
Penelitian untuk menemukan
Obat HIV AIDS dari Air Liur dan Racun Lebah ini terinspirasi uji coba
bee venom atau racun lebah di Amerika yang berhasil menyembuhkan seorang gadis sembilan tahun. Ketua pusat sutdi perlebahan LPT Unari James Hutagalung mengatakan, kelompok studinya juga melakukan uji coba terhadap pasien HIV/AIDS dengan menghubungkan terapi propolis atau air liur dan racun lebah. Riset dengan racun lebah memang banyak dilakukan di luar negeri. Namun baru pertama kali di Indonesia.
Racun dari lebah ternyata mampu menembus dinding sel virus. Kemudian lama kelamaan virus akan menyusut atau mengecil dan lama-kelamaan akan hilang. Bahan aktif yang berperan penting dalam proses penghancuran sel itu disebut melitin yang ada di dalam bee venom. Sedangkan di dalam propolis ada tujuh bahan aktif, salah satunya adalah flavonoid, ujar James.
James dan rekannya melakukan uji coba klinis terhadap seorang pasien laki-laki dewasa penderita HIV/AIDS. Pasien ini datang ke LPT Unair dalam keadaan sudah koma selama 3-4 pekan. Dalam 3 pekan pemberian propolis, terjadi perubahan pada pasien. Hasilnya cukup mengejutkan, pasien yang telah koma ini sadar dan mampu membuka mata.
Selama terapi, pasien diberi propolis dosis 500 miligram 3 kali dalam sehari. Tablet propolis yang sudah dihancurkan dimasukkan dalam cairan infus pada pagi, siang dan sore hari. selain itu pasien juga diterapi dengan sengat lebah 1 kali dalam 1 pekan. Tiap terapi pasien menerima 2 kali sengat lebah yaitu di bagian kiri dan kanan leher belakang.
Propolis berada di dalam rumah lebah, warnanya kehitaman. Propolis merupakan campuran dari nektar dan air liur lebah, dan dikumpulkan berasal dari lebah Eropa, Ais Mellifera. Propolis yang telah dikumpulkan diambil ekstraknya melalui teknik maserasi yaitu 1 Kg propolis dicampur dengan 5 liter ethanol, kemudian dikocok selama 2 pekan.
Setelah melalui proses maserasi, campuran propolis tersebut dikeringkan dengan alat rotavapor atau alat penguapaan. Seteleh proses penguapan selesai maka akan tertinggal kristal-kristal propolis, inilah bentuk ekstraknya. Ekstrak inilah yang diberikan kepada pasien penderita HIV/AIDS. Ekstrak ini juga telah dikemas dalam bentuk tablet.
Pemberian obat alami atau natural medicine ini dilakukan secara simultan dengan obat antiretroviral, kata James. Penelitian ini diberikan selama jangka waktu 3 bulan atas persetujuan dari 1 keluarga paseien.
MaPan – Masyarakat Pers Anti Narkoba